PROPOSAL PENELITIAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan kerangka kompetensi yang harus
diketahui, dilakukan, dan dimahirkan oleh siswa pada setiap tingkatan
(Depdiknas, 2001: 8). Kerangka ini disajikan dalam tiga komponen utama yaitu
kompetensi dasar merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus
dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) dan tulis
(membaca dan menulis) sesuai kaidah bahasa dan sastra Indonesia, serta
mengapresiasi sastra.
Salah satu komponen kurikulum adalah kegiatan
belajar mengajar dan evaluasi. Kurikulum pada akhimya sangat ditentukan oleh
pelaksanaannya di lapangan dalam bentuk proses belajar mengajar sebagai upaya
mencapai hasil belajar mengajar berupa kompetensi yang dikuasai siswa. Suatu
proses belajar dapat diukur keberhasilannya dengan evaluasi belajar. Hasil
evaluasi belajar itu dapat menunjukan tingkat kompetensi yang dikuasai siswa.
Dengan demikian penelitian tentang kemampuan membaca dalam hati yang telah
diajarkan kepada siswa melalui suatu proses belajar mengajar menjadi teramat
penting untuk mengukur tingkat ketercapaian kurikulum.
Pada pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan kompetensi siswa dibutuhkan melalui
pengajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini berarti bahwa guru harus dapat
membuat suatu perencanaan pengajaran dalam suatu model pembelajaran yang dapat
mengembangkan potensi siswanya dengan tepat Pembuatan model pembelajaran
dirancang oleh guru sebagai pengembang silabus dan sekaligus persiapan proses
belajar mengajar. Penelitian tentang pembuatan model pembelajaran menjadi
teramat penting sebagai kompetensi seorang guru maupun calon guru.
Dalam pengembangan kurikulum di tingkat
sekolah, guru diharapkan lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar
sesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan siswa. Salah satu kompetensi
dasar adalah membaca dalam hati yang merupakan kompetensi yang harus dimiliki
atau dikuasai siswa. Dengan demikian, pengembangan kompetensi dasar membaca
dalam hati di tingkat sekolah dasar untuk pengembangannya diserahkan kepada
guru. Hal ini menjadi latar belakang perlunya penelitian tentang pembelajaran
membaca dalam hati.
Berdasarkan uraian di atas, maka
kompetensi dasar membaca dalam hati pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
merupakan salah satu aspek pelaksanaan fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, yaitu sarana penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia
yang baik. Dengan demikian, penyusunan silabus, model pembelajaran dan uji coba
pelaksanaan membaca dalam hati sebagai kompetensi dasar pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sangat penting
untuk diteliti dan dikembangkan.
Membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar sekelompok kata yang merupakan sutu kesatuan akan terlihat
dalam suatu pandangan
sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Dari segi
linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali daiam pembacaan
sandi (a recording and decording proses), berlainan dengan berbicara dan
menulis yang justru melibatkan penyandian (enconding). Sebuah aspek
pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis {written
word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang
mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson daiam
Henry Guntur Tarigan, 1987: 7).
Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia SD/MI dalam bidang mambaca adalah menggunakan
berbagai jenis membaca untuk memahami wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan
berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi. Secara gamblang dapat
disimpulkan bahwa tujuan tersebut: yaitu agar siswa terampil berbahasa.
Seseorang dikatakan terampil berbahasa apabila mereka telah menjadi pendengar,
pembicara, pembaca, dan penulis yang baik. Untuk itulah pembelajaran bahasa
Indonesia harus di arahkan ke sana.
Pada dasarnya setiap
keterampilan tersebut tidak dapat diajarkan secara mandiri tetapi harus
terintegrasi. Pengajaran membaca misalnya, harus dikaitkan dengan mendengarkan,
berbicara, maupun menulis. Oleh karena itulah dua aspek yang menjadi materi
pengajaran bahasa Indonesia, yaitu kebahasaan dan sastra sebenamya hanya
sebagai penunjang keempat aspek keterampilan tersebut.
Pencapaian
hasil pembelajaran membaca berkaitan erat dengan beberapa komponen
pembelajaran, diantaranya berkaitan erat dengan penentuan teknik pembelajaran.
Teknik pembelajaran sangat beragam dan memiliki kelemahan dan kelebihan
masing-masing. Sebuah metode dan teknik yang dipilih guru belum tentu cocok
untuk mengajarkan suatu materi. Jadi sebenamya gurulah yang memegang kendali
proses belajar mengajar di kelas. Pemilihan teknik mengajar ditentukan oleh
banyak faktor, diantaranya adalah karakteristik materi pelajaran.
Teknik SQ3R
merupakan salah satu teknik pembelajaran membaca yang banyak digunakan guru.
Teknik ini secara teoritis bisa digunakan untuk mengajar membaca dalam hati.
Tahapan-tahapan teknik SQ3R ini diprediksikan akan banyak melibatkan siswa
dalam melakukan kegjatan belajar mengajar membaca.
Berdasarkan
paparan di atas, penulis akan melakukan penelitian yang berkenaan dengan
kemampuan membaca dalam hati yang dirumuskan melalui judul "Kemampuan
Membaca Dalam Hati dan Alternatif Model Pembelajarannya (Studi Deskriptif
terhadap Siswa Kelas V SD 2009-2010)."
1.2
Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Pembatasan
masalah sangat perlu bagi penelitian. Membatasi masalah berarti merencanakan
penelitian yang disesuaikan dengan kedalaman materi, waktu, dan dana yang
tersedia. Berikut ini batasan masalah yang menjadi ruang lingkup penelitian.
1)
Materi yang dijadikan bahan penelitian ini adalah kompetensi dasar
membaca dalam hati yang merupakan aspek membaca dalam KTSP.
2)
Kemampuan membaca dalam hati siswa kelas V SD tahun 2009-2010.
3)
Model pembelajaran alternatif membaca dalam hati akan menggunakan Teknik
SQ3R.
1.2.2 Rumusan Masalah
Setiap penelitian
memerlukan rumusan masalah yang konkrit dan realistis. Sesuai pembatasan
masalah tersebut di atas, maka dalam penelitian ini sebagai acuan dan pedoman
pelaksanaan penelitianya digunakan perumusan masalah sebagai berikut
1)
Bagaimanakah kemampuan membaca dalam hati siswa kelas V SD tahun 2009-2010?
2)
Apakah teknik SQ3R dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran membaca dalam hati di kelas V SD tahun 2009-2010?
1.3
Tujuan Penelitian
Yang dimaksud
dengan tujuan penelitian yaitu target tertentu yang akan dicapai dalam kegiatan
penelitian (Hasyim dalan Bakry, 1994: 3). Tujuan penelitian ini adalah ingin
memperoleh deskripsi data tentang:
1)
Kemampuan membaca dalam hati siswa kelas V SD Bandung tahun 2009-2010.
2)
Model pembelajaran dengan teknik SQ3R sebagai alternatif model
pembelajaran membaca dalam hati di kelas V SD tahun 2009-2010.
1.4
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang
Kemampuan membaca dalam hati siswa kelas V SD tahun 2009-2010 ini diharapkan dapat bermantaat bagi berbagai
pihak. Di antaranya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1)
Peneliti
a)
Secara administratif penelitian ini bermanfaat untuk menyusun skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia
b)
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat menambah wawasan keilmuan dan
kebahasaan, khususnya tentang proses belajar mengajar membaca dalam hati
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
c)
Secara praktis, penelitian ini akan bermanfaat dalam hal menambah
pengalaman melakukan kegiatan penelitian.
2)
Guru dan Murid
a)
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai suatu alat pengembangan proses
belajar mengajar yang bervariasi untuk pengembangan bahan pembelajaran dan
kompetensi bagi siswa.
b)
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui hasil belajar siswa
melalui hasil evaluasi dan kompetensi dasar membaca dalam hati.
3)
Bagi Sekolah, Dinas Pendidikan, dan Universitas
a)
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk bahan
kajian dan perbandingan dalam pengembangan materi pembelajaran membaca dalam
hati karena telah tersedia gambaran objektik tentang kemampuan membaca dalam
hati siswa.
b)
Sebagai dokumentasi aktivitas akademik dan partisipasi aktif sekolah dan
universitas dalam salah satu penelitian dan pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
1.5
Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.5.1
Anggapan Dasar
Penelitian ini
dilandasi oleh beberapa anggapan dasar, yakni:.
1)
Materi membaca dalam hati dalam kurikulum dan hasil belajar kompetensi
dasar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD dan Madrasah Ibtidaiyah
merupakan kompetensi dasar aspek membaca yang harus diajarkan dikelas V SD.
2)
Kemampuan siswa kelas V SD tahun 2009-2010 dalam membaca dalam hati berbeda-beda.
3)
Membaca dalam hati merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran.
1.5.2 Hipotesis
Dalam
penelitian ini, penulis hanya akan membuktikan satu hipotesis yang berbunyi
"Siswa kelas V SD tahun
2009-2010 belum mampu membaca dalam hati dengan baik."
1.6
Definisi Operasional
Agar
penelitian ini tidak ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca, maka penulis
perlu menjelaskan istilah-istilah kunci yang terdapat dalam judul penelitian.
1)
Kemampuan
Kemampuan
secara harfiah bermakna kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan berdasarkan makna
tersebut, maka yang dimaksud dengan kemampuan dalam penelitian ini adalah
kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyerap informasi yang terdapat dalam
sebuah bacaan melalui kegiatan membaca dalam hati.
2)
Membaca dalam hati
Materi membaca
dalam hati yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar aspek
membaca yang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan harus diajarkan di kelas
V SD semester genap. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang hanya
mempergunakan ingatan visual dengan melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.
Tujuan utama membaca dalam hati ialah untuk memperoleh informasi
3)
Model
pembelajaran
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model
pembelajaran membaca dalam hati dengan teknik SQ3R. Jadi, model pembelajaran
membaca dalam hati dengan teknik SQ3R adalah kerangka konseptual yang berupa
skenario pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk persiapan belajar
mengajar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dilakukan dengan
cara mensurvei isi, mengajukan pertanyaan yang berdasarkan isi bacaan, membaca
isi, menceritakan isi bacaan, dan meninjau kembali isi bacaan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi operasional tersebut, maka
yang dimaksud dengan kemampuan membaca dalam hati dan alternatif model
pembelajarannya adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyerap
informasi yang terdapat dalam sebuah bacaan melalui kegiatan membaca dalam hati
dan berisi kerangka konseptual yang berupa skenario pembelajaran yang merupakan
salah satu bentuk persiapan belajar mengajar berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang dilakukan dengan cara mensurvei isi, mengajukan
pertanyaan yang berdasarkan isi bacaan, membaca isi, menceritakan isi bacaan,
dan meninjau kembali isi bacaan tersebut.
1.7 Metode dan Langkah-langkah Penelitian
1.7.1
Sumber Data
Data utama yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah kemampuan membaca dalam hati yang direfleksikan melalui
pemahaman siswa atas isi bacaan yang dikuantifikasi melalui angka-angka.
Angka-angka tersebut diperoleh dari hasil tes yang telah diolah. Oleh karena
itu, sumber data utama penelitian ini adalah siswa kelas V. Di samping itu,
sumber data pendukung adalah guru kelas V.
Siswa kelas V SD terdiri
atas 1 kelas dengan jumlah siswa 37 orang, yakni 20 siswa laki-laki dan 17
siswa perempuan. Dalam penelitian ini semua siswa kelas V tersebut dijadikan
sumber data penelitian Penulis dalam penelitian mengambil sampling purposif,
yakni seluruh siswa kelas V. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini hanya
berlaku untuk kelas V tidak berlaku untuk kelas lainnya.
1.7.2 Pupulasi dan Sampel
Penelitian
1.7.2.1
Pupulasi Penelitian
Pupulasi
adalah sejumlah individu yang terdapat di dalam kelompok tertentu dijadikan
sebagai sumber data yang berada dalam daerah yang jelas batas batasnya serta
mempunyai pola unik dan memiliki keseragaman ciri-ciri di dalamnya yang dapat
diukur secara kuantitatif untuk memperoleh suatu kesimpuian dari suatu
penelitian.
Berdasarkan
pernyataan di atas, maka yang menjadi pupulasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD sebanyak 37 orang, yakni 20 siswa Iaki-laki dan 17 siswa perempuan.
1.7.2.2
Sampel Penelitian
Sampel adalah
sejumlah individu yang mewakili pupulasi. Jenis sampel di dalam penelitian ini
adalah Purposive sample yaitu sampel yang digunakan berdasarkan
ciri-ciri atau sifat populsi yang sudah diketahui sebelumnya dan digunakan
untuk tujuan tertentu saja (Suyatoa Basar, 1993).
Dalam
penelitian ini, penulis menentukan sampel dengan cara random sebanyak 15 siswa.
Penentuan ini didasarkan kepada pertimbangan bahwa sampel tersebut mampu
mewakili pupulasi penelitian ini.
1.7.3
Metode
Penelitian
Metode yang tepat untuk menjawab dan
mencapai tujuan penelitian di atas adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran objektif
mengenai permasalahan yang sedang terjadi pada masa sekarang. Hal ini sejalan
dengan pendapat Surakhmad (1990: 147) yang menegaskan bahwa metode penelitian
deskriptif adalah penelitian penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data
yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan kegiatan, sikap
yang nampak atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang
sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang nampak,
pertentangan yang meruncing dan sebagainya.
Metode tersebut peneliti anggap tepat
dengan pertimbangan sebagai berikut.
a.
Memusatkan diri pada
pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang;
b.
Data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis; dan
c.
Permasalahan dan subjek
penelitian ini adalah tentang kemampuan membaca dalam hati siswa kelas V SD
2009-2010 yang
dilaksanakan pada saat ini.
1.7.3.1
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mendukung metode deskriptif tersebut, akan menggunakan teknik-teknik berikut
ini.
a.
Tes
Teknik ini
dilakukan untuk mencari data tentang kemampuan membaca dalam hati yang
direfleksikan melalui pemahaman siswa atas isi bacaan yang, dikuantifikasi
melalui angka-angka. Angka-angka tersebut diperoleh dari hasil tes yang telah
diolah. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif (multiple choice dengan
4 options). Hasil tes ini selanjutnya akan disebut data (1); kenmmpuan membaca
dalam hati.
b.
Teknik Studi Dokumenter
Teknik studi
dokumenter digunakan untuk memperoleh data (2). Penulis membaca dokumen yakni
buku Kurikulum dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran bahasa dan
Sastra Indonesia SD dan MI. Untuk menghasilkan kompetensi dasar, hasil
belajar, dan indikator. Selanjutnya studi dokumentasi dilakukan dengan cara
membaca buku Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, untuk
menghasilkan format silabus. Hasil studi dokumentasi dari kedua buku sumber
utama tersebut, penulis mencoba membuat silabus membaca dalam hati, silabus
inilah data (2). Berdasarkan data (2), Penulis membuat model pembelajaran
membaca dalam hati. Untuk menghasilkan model ini Penulis melakukan studi
dokumentasi dengan membaca buku-buku yang memuat teori teknik SQ3R. Hasil
bacaan dari teori tersebut penulis terapkan untuk membuat model pembelajaran
membaca dalam hati. Model inilah yang dijadikan data (2).
1.7.3.2
Teknik Pengolahan Data
Teknik
pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik
analisis kuantitatif dengan menggunakan statistik sederhana yang digunakan
untuk data yang berbentuk angka yaitu data (1).
Teknik
analisis kuantitatif (berbentuk angka-angka) dalam rangka menganalisis data
tentang kemampuan membaca dalam hati yang direfleksikan melalui pemahaman siswa
atas isi bacaan yang dikuantifikasi melalui angka-angka; dilakukan melalui
langkah-langkah berikut ini.
- Memeriksa kelengkapan identitas dan kelayakan jawabannya;
- Menyekor dan menilai hasil tes kemampuan membaca dalam hati siswa SD.
- Mendeskripsikan dan menganahsis hasil tes membaca dalam hati Unsur-unsur yang akan dideskripsikan dan dianalisis meliputi hal-hal berikut.
1)
Kelompok jawaban benar dan jawaban salah pada setiap nomor soal.
2)
Persentase jawaban benar dan jawaban salah dan perbandingannya.
- Mengubah dan menerjemahkan data-data angka (kuantitatif) ke dalam skala kualitatif dengan berpedoman kepada skala penilaian. Berikut ini adalah pedoman penerjemahan skala kuantitatif (angka-angka) menjadi skala kualitatif;
- Menganalisis dan mendeskripsikan kemampuan membaca dalam hati siswa berdasarkan hasil analisis tahap sebelumnya.
- Membahas hasil penelitian dengan cara menyajikan data dan menghubungkannya dengan teori-teori penelitian yang relevan;
- Membuktikan hipotesis yang telah penulis susun; dan h. menjawab permasalahan dan menyusun simpulan penelitian. Pemecahan masalah dan penyusunan simpulan berpedoman kepada hasil deskripsi data, analisis, dan pembahasan penelitian.
1.8
Instrumen Penelitian
Penelitian ini
menggunakan instrumen berapa alat evaluasi yang berbentuk soal-soal tes
tertulis. Soal berbentuk pilihan ganda berjumlah 10 dengan 4 option. Berikut
ini penulis sajikan kisi-kisi dan kriteria penilaiannya.
Penilaian soal
pilihan ganda dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar. Setiap soal berbobot
1. Penentuan nilai akan dihitung dengan rumus tersebut di atas. Berdasarkan
penghitungan dengan rumus tersebut, serta hasil konversi nilai 100, maka
perolehan nilai tertinggi atau maksimum soal tersebut adalah 100. Hasil
pengolahan pada hasil tes ini akan dijadikan bahan untuk menjawab permasalahan
(1), yakni kemampuan membaca dalam hati.
1.9
Model Analisis
Pada bagian
ini, akan penulis kemukakan salah satu contoh analisis data sebagai model dalam
menganalisis data-data yang telah dikumpulkan melalui beberapa teknik yang
telah dijelaskan di muka.
Contoh berikut ini adalah
model analisis data kemampuan membaca dalam hati siswa kelas V SD tahun 2009-2010.
Contoh:
Siswa A memperoleh jawaban
benar sebanyak 8
Merujuk kepada ramus
penyekoran di atas, yakni:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai 80. Nilai tersebut kemudian
diinterpretasikan kedalam pedoman penilaian. Pedoman penilaian menunjukkan standar
perubahan angka-angka kedalam skala kualitas. Maka, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca dalam hati siswa (A) kelas V SD tahun 2009-2010 berada pada Kualifikasi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta;
Rineka Cipta.
Ahmadi, M. 1990. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang; YA3.
Burhan, J. 1982. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta;
Bhratar Karya Aksara.
Dahlan, MD. 1990. Model-model Mengajar. Bandung; Diponegoro.
Depdiknas RI. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Jakarta; Pusat
Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas RI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta.
Djamarah, Syaifol Bahri & Aswan Z. 1987. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hadi, S. 1987. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi
Offset.
Hidayat, K. 1991. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung
: Bina Cita.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulian Berbasis Kompetensi Konsep
Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 1987. Membaca cepat dan Efektif. Bandung; CV Sinar Baru.
Pusat Kurikulum-Balitbang. 2002. Kurikulvm Berbasis Kompetensi. Jakarta
Pusat; Depdiknas RI.
Rusyana, Y. 2002. Pembelajaran Berbahasa dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung; Makalah.
Sudjana, MD. 1999. Ttmtutan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung;
Sinar Baru Algesindo.
Tarigan, H.G. 1979. Membaca
sbagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. 1987. Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Udin, T. 1987. Ilmu
Pendidikan. Bandung: Epsilon Grup.
0 komentar:
Post a Comment