PROPOSAL PENELITIAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelajaran Bahasa Indonesia di SD
merupakan pelajaran awal yang harus diperhatikan dengan baik sebagai penunjang
pelajaran dalam pendidikan selanjutnya, sesuai dengan kurikulum kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa adalah berkomunikasi secara lisan dan tulisan
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia serta mengapresiasikan karya sastra.
Kegiatan mengapresiasikan sastra di SD
bertujuan agar siswa dapat menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan
karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa untuk itulah kehadiran
karya sastra tetap dipertahankan melalui penyediaan karya sastra yang sesuai
dengan perkembangan kognitif siswa SD.
Karya sastra yang baik bagi anak usia
sekolah dasar haruslah bisa memuaskan imajinasi siswa tatkala membacanya karya
sastra yang mengandung daya khayal adalah dongeng.
Sejak beberapa tahun yang lalu sampai
sekarang disinyalir bahwa pembelajaran Apresiasi sastra di SD memperhatikan.
Siswa merasa bosan karena selalu menerima materi pembelajaran yang sama dan
kegiatan pembelajaran sastra yang monoton. Adanya materi pembelajaran dongeng
diharapkan dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa.
Dongeng sebagai salah
satu bentuk karya sastra sangat tepat bila dikonsumsi siswa SD. Dongeng
memiliki nilai-nilai yang cukup besar untuk membentuk kepribadian manusia.
Pesan kebajikan dan nilai moral yang terdapat dalam dongeng melalui karakter
tokoh- tokohnya dapat diambil sebagai contoh kehidupan. Dalam dongeng banyak
contoh tentang tingkah laku serta cara pandang yang membuat seseorang sukses
dalam hidupnya. Didalam dongeng banyak contoh karakter manusia yang terlukis
melalui tokoh-tokohnya yang periang, pemaaf, pekerja keras, dan penyabar.
Dongeng tidak hanya menampilkan sifat personal manusia, dongeng juga
menampilkan sifat manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat
sebagai ciri budaya dan nilai yang mengatur kehidupan bermasyarakat itu
sendiri. Dongeng nusantara menggambarkan nilai-nilai setempat, tempat dongeng
itu berasal dan nilai budaya nusantara keseluruhan. Secara tak langsung anak mengenal
dan memahami budaya bangsa sendiri. Pengenalan dan pemahaman anak akan
menumbuhkan kecintaan dan keinginan untuk melestarikan kebudayaan ketimuran
yang dimiliki bangsanya. Diharapkan anak memiliki dasar untuk menerima masuknya
kebudayaan asing di era globalisasi.
Zaman teknologi canggih
seperti sekarang ini memberi kesempatan bersentuhan dengan produk luar yang
sarat dengan muatan budaya asing yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa.
Dongeng harus bersaing dengan cerita asing yang tampil tak kalah menarik dengan
dongeng lokal. Ditambah dengan tontonan televisi baik dalam bahasa aslinya
ataupun sudah diindonesiakan memungkinkan muncul kecenderungan anak untuk
menyukai tokoh-tokoh asing dari pada tokoh cerita negeri sendiri. Bila hal
tersebut dibiarkan, dikhawatirkan akan terjadi pergeseran budaya. Dongeng tanah
air berfungsi sebagai filter terhadap arus budaya asing tersebut. Bacaan
dongeng memberi kontribusi besar terhadap perilaku anak terhadap tayangan
cerita di televisi. Siswa yang menyukai cerita dongeng dapat membedakan
perbuatan yang baik yang dapat ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu
dicontoh untuk diaplikasikan dalam tingkah laku sehari-hari.
Siswa dapat mengaplikasikan isi bacaan
dongeng bila ia memahami dongeng tersebut. Pemahaman diperoleh melalui membaca.
Berdasarkan tahap pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak, ketika usia
beranjak 8-10 tahun maka terdapat kecenderungan meningkatnya keterampilan
membaca. Mereka telah mandiri dalam keterampilan membaca dengan penyerapan yang
sempurna yang menunjang pemahaman terhadap bacaan. Kenyataan yang ada
berdasarkan laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa kemampuan membaca kelas IV SD
berada di tingkat terendah. Siswa SD di Indonesia hanya menguasai 30% dari
materi bacaan. Rendahnya tingkat pemahaman siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya adalah aktivitas membaca. Aktifitas membaca yang maksimal
memungkinkan menghasilkan pemahaman membaca yang maksimal pula. Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran
yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual
teaching and learning/CTL).Merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Proses
belajar berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian strategi
pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
Dalam kelas kontekstual tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan
dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa).Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan apa dari kata
guru. Begitulah peran guru di kelas yang di kelola dengan pendekatan
kontekstual.
Pembelajaran membaca dongeng cerita
rakyat agar dapat belajar lebih efektif dan kondusif perlu diterapkan suatu
teknik alternatif guna pembelajaran membaca dongeng dapat terciptanya kelas
yang kondusif dengan suasana yang meningkatkan keterampilan membaca untuk
mengembangkan potensi kreativitasnya dalam membaca. Salah satu alternatif yang
bisa di gunakan adalah dengan pembelajaran teknik kontekstual.
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Sesuai dengan pemikiran yang di
kemukakan di atas maka permasalahan yang timbul dan mendasar dalam penelitian
ini adalah
- Hasil Pembelajaran Membaca Dongeng cerita rakyat dengan teknik Kontekstual di kelas IV SDN
- Keterampilan dan memotivasi membaca Dongeng cerita rakyat dengan menggunakan teknik Kontekstual learning di kelas IV SDN
1.2.2 Rumusan Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
pembelajaran Membaca Dongeng Cerita rakyat dengan teknik Kontekstual dapat
meningkatkan Keterampilan Membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN?
2. Apakah
pembelajaran Membaca Dongeng Cerita rakyat dengan menggunakan teknik Kontekstual
dapat meningkatkan motivasi dan Prestasi belajar membaca dongeng cerita rakyat
siswa kelas IV di SDN ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas,
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.
- Mengetahui apakah Pembelajaran membaca dongeng cerita rakyat dengan teknik Kontekstual dapat meningkatkan keterampilan membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN
- Mengetahui apakah Pembelajaran Membaca Dongeng Cerita rakyat dengan teknik kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN
1.4 Manfaat
Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama. Bagi Siswa hasil penelitian ini di
harapkan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam membaca dongeng
cerita rakyat
- Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam membaca dongeng cerita rakyat
- Bagi Penulis, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengalaman praktis dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Kontekstual.
1.5 Anggapan
dasar dan Hipotesis
1.5.1 Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah
karena berbagai hal tentang kegiatan pembelajaran siswa yang berkaitan dengan
pembelajaran kontekstual. Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada
kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:
- Proses belajar
·
Belajar tidak hanya
sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka
·
Anak belajar dari
mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari Pengetahuan baru, dan
bukan diberi begitu saja oleh guru
·
Para ahli sepakat bawa
pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
·
Pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
·
Manusia mempunyai
tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
·
Siswa perlu dibiasakan
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
dengan ide-ide.
·
Proses belajar dapat
mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring
dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
- Transfer Belajar
·
Siswa belajar dari
mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
·
Keterampilan dan
pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·
Penting bagi siswa tahu
untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan
itu.
- Siswa sebagai pembelajar
·
Manusia mempunyai
kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai
kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
·
Strategi belajar itu
penting .Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk
hal- hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
·
Peran orang dewasa
(guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·
Tugas guru
memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.
- Pentingnya lingkungan Belajar
·
Belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di
depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan.
·
Pengajaran harus
berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.
Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
·
Umpan balik amat
penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
·
Menumbuhkan komunitas
belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
1.5.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori yang penulis
kemukakan maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Hasil belajar Membaca Dongeng Cerita rakyat kelas
IV SDN akan dapat meningkatkan Keterampilan Membaca dongeng cerita
rakyat dengan menggunakan teknik kontekstual
2. Keterampilan membaca Dongeng cerita rakyat dengan
menggunakan teknik Kontekstual di kelas IV SDN dapat memotivasi
dan meningkatkan prestasi belajar membaca.
1.6 Definisi
Operasional
Beberapa istilah yang perlu didefinisikan agar
penelitian terarah dan terfokus, untuk itulah, istilah-istilah tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
1.
Teknik adalah penyajian
yang dikuasai guru untuk mengajar atau mengajukan bahan pelajaran kepada siswa
didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan
oleh siswa dengan baik.
2.
Membaca adalah
kemampuan yang bersifat keterampilan, suatu keterampilan yang berupa rangkaian
aktifitas fisik dan mental yang dilakukan secara seimbang.
Proses pembelajaran
membaca dongeng cerita rakyat menggunakan sebuah teknik .Teknik tersebut adalah
teknik Kontekstual. Pengajaran membaca dongeng cerita rakyat adalah belajar
yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode
Eksperimen. Metode Eksperimen merupakan apa yang terjadi apabila dilakukan
perubahan pada setiap grup sampel. Metode ini digunakan untuk mengeksperimenkan
model pengajaran membaca dongeng dengan teknik Kontekstual leaning.
1.6.2 Teknik Penelitian
Setelah siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran (KBM) kebahasaan terutama bahasa Indonesia, untuk dapat mengetahui
perkembangan anak didik tentang hasil pembelajaran siswa perlu adanya tes uji,
agar penelitian ini berjalan sesuai tujuan dan harapan penulis, maka
langkah-langkah tersebut memerlukan teknik yang penulis gunakan untuk
penelitian tersebut, penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Deskripsi
Teknik yang digunakan penulis adalah
teknik kuantitatif dengan mengadakan kegiatan langsung di lapangan. Sebagai
alat penelitiannya berupa tes tertulis yang diberikan oleh guru melalui
pembelajaran Kontekstual learning dengan bahasa sendiri.
Sebelum evaluasi dimulai siswa
diingatkan kembali oleh guru, tentang bagaimana mengerjakan tugas test dengan
baik dan benar.
- Tes Tugas
Tes tugas adalah teknik yang dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan proses belajar
mengajar tahap akhir terhadap kelas IV (Empat).Sebagai sampel penelitian semua
kelas IV SDN yang jumlahnya 32 siswa.
1.7 Populasi dan Sample
1.7.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok besar
individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN .
Berdasarkan definisi di atas dalam
penelitian ini penulis mendapatkan populasi sebagai berikut:
- Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas IV SDN pada tahun ajaran 2011 /2012
- Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah siswa kelas
IV SDN yang berjumlah 32 siswa
1.7.1 Sampel
Sampel adalah kajian atau wakil populasi
yang diteliti, yang dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitian. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV yang diambil dalam populasi yang diambil secara acak sebanyak 32
siswa dengan komposisi perempuan 21 siswa dan laki- laki 11 siswa.
1.8 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur tingkat keberhasilan
siswa setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran kebahasaan tentang membaca
dongeng cerita rakyat, penulis menggunakan alat (Instrumen) sebagai alat bantu
penelitian penulis menggunakan tes tugas individu tertulis baik berupa pre test
dan post test. Pada pokok bahasan dan penulis menjelaskan kajian teori tentang
membaca dongeng cerita rakyat dengan menggunakan teknik kontekstual learning.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Toha, Metode Penelitian, UT
Akhmad Sudrajat, Pembelajaran Kontekstual.
Wordpreess. Com
Guntur Tarigan Henry, (1990) Membaca Sebagai
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Irbaryans. Hakikat Pembelajaran Kontekstual,
wordpress. Com Id .Answer, yahoo. Com / question / index ? qid
Oka I Gusti Ngurah, (1983) Pengantar Membaca dan
Pengajarannya, Surabaya
Qurtubi Ahmad, (2009) Pengantar Teori Evaluasi
Pendidikan
Soedarso, (1989) Sistem Membaca cepat dan efektif
Jakarta : Gramedia
Suprijono Agus, Cooperative Learning : Teori dan
Aplikasi PAIKEM
Slideshare. Pembelajaran Kontekstual www. Net
Wiryadijoyo Suwaryono, (1989) Membaca : Strategi
pengantar dan tekniknya,. Jakarta P & K
Bagi yang ingin mendapat download skripsi lengkap
dengan isinya dari mulai Bab I sampai Bab V dan disertai dengan lampiran,
proposal, abstrak, daftar isi dan daftar pustaka
silahkan sms ke: 022 95910535 atau kirim
email
ke: ayurostikathea@yahoo.co.id
0 komentar:
Post a Comment