r7emS8Ojedt65alz0iXYZAo_SNc SKRIPSI BAHASA INDONESIA: PEMBELAJARAN MEMBACA DONGENG CERITA RAKYAT MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL DI KELAS IV SDN

Ads 468x60px

Saturday, October 6, 2012

PEMBELAJARAN MEMBACA DONGENG CERITA RAKYAT MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL DI KELAS IV SDN


PROPOSAL PENELITIAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Pelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan pelajaran awal yang harus diperhatikan dengan baik sebagai penunjang pelajaran dalam pendidikan selanjutnya, sesuai dengan kurikulum kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah berkomunikasi secara lisan dan tulisan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia serta mengapresiasikan karya sastra.
Kegiatan mengapresiasikan sastra di SD bertujuan agar siswa dapat menikmati, menghayati, memahami dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa untuk itulah kehadiran karya sastra tetap dipertahankan melalui penyediaan karya sastra yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SD.
Karya sastra yang baik bagi anak usia sekolah dasar haruslah bisa memuaskan imajinasi siswa tatkala membacanya karya sastra yang mengandung daya khayal adalah dongeng.
Sejak beberapa tahun yang lalu sampai sekarang disinyalir bahwa pembelajaran Apresiasi sastra di SD memperhatikan. Siswa merasa bosan karena selalu menerima materi pembelajaran yang sama dan kegiatan pembelajaran sastra yang monoton. Adanya materi pembelajaran dongeng diharapkan dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa.
Dongeng sebagai salah satu bentuk karya sastra sangat tepat bila dikonsumsi siswa SD. Dongeng memiliki nilai-nilai yang cukup besar untuk membentuk kepribadian manusia. Pesan kebajikan dan nilai moral yang terdapat dalam dongeng melalui karakter tokoh- tokohnya dapat diambil sebagai contoh kehidupan. Dalam dongeng banyak contoh tentang tingkah laku serta cara pandang yang membuat seseorang sukses dalam hidupnya. Didalam dongeng banyak contoh karakter manusia yang terlukis melalui tokoh-tokohnya yang periang, pemaaf, pekerja keras, dan penyabar. Dongeng tidak hanya menampilkan sifat personal manusia, dongeng juga menampilkan sifat manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat sebagai ciri budaya dan nilai yang mengatur kehidupan bermasyarakat itu sendiri. Dongeng nusantara menggambarkan nilai-nilai setempat, tempat dongeng itu berasal dan nilai budaya nusantara keseluruhan. Secara tak langsung anak mengenal dan memahami budaya bangsa sendiri. Pengenalan dan pemahaman anak akan menumbuhkan kecintaan dan keinginan untuk melestarikan kebudayaan ketimuran yang dimiliki bangsanya. Diharapkan anak memiliki dasar untuk menerima masuknya kebudayaan asing di era globalisasi.
Zaman teknologi canggih seperti sekarang ini memberi kesempatan bersentuhan dengan produk luar yang sarat dengan muatan budaya asing yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa. Dongeng harus bersaing dengan cerita asing yang tampil tak kalah menarik dengan dongeng lokal. Ditambah dengan tontonan televisi baik dalam bahasa aslinya ataupun sudah diindonesiakan memungkinkan muncul kecenderungan anak untuk menyukai tokoh-tokoh asing dari pada tokoh cerita negeri sendiri. Bila hal tersebut dibiarkan, dikhawatirkan akan terjadi pergeseran budaya. Dongeng tanah air berfungsi sebagai filter terhadap arus budaya asing tersebut. Bacaan dongeng memberi kontribusi besar terhadap perilaku anak terhadap tayangan cerita di televisi. Siswa yang menyukai cerita dongeng dapat membedakan perbuatan yang baik yang dapat ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontoh untuk diaplikasikan dalam tingkah laku sehari-hari.
Siswa dapat mengaplikasikan isi bacaan dongeng bila ia memahami dongeng tersebut. Pemahaman diperoleh melalui membaca. Berdasarkan tahap pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak, ketika usia beranjak 8-10 tahun maka terdapat kecenderungan meningkatnya keterampilan membaca. Mereka telah mandiri dalam keterampilan membaca dengan penyerapan yang sempurna yang menunjang pemahaman terhadap bacaan. Kenyataan yang ada berdasarkan laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa kemampuan membaca kelas IV SD berada di tingkat terendah. Siswa SD di Indonesia hanya menguasai 30% dari materi bacaan. Rendahnya tingkat pemahaman siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah aktivitas membaca. Aktifitas membaca yang maksimal memungkinkan menghasilkan pemahaman membaca yang maksimal pula. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pendekatan kontekstual (Contextual teaching and learning/CTL).Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.
Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan apa dari kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang di kelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran membaca dongeng cerita rakyat agar dapat belajar lebih efektif dan kondusif perlu diterapkan suatu teknik alternatif guna pembelajaran membaca dongeng dapat terciptanya kelas yang kondusif dengan suasana yang meningkatkan keterampilan membaca untuk mengembangkan potensi kreativitasnya dalam membaca. Salah satu alternatif yang bisa di gunakan adalah dengan pembelajaran teknik kontekstual.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Sesuai dengan pemikiran yang di kemukakan di atas maka permasalahan yang timbul dan mendasar dalam penelitian ini adalah
  1. Hasil Pembelajaran Membaca Dongeng cerita rakyat dengan teknik Kontekstual di kelas IV SDN
  2. Keterampilan dan memotivasi membaca Dongeng cerita rakyat dengan menggunakan teknik Kontekstual learning di kelas IV SDN
1.2.2 Rumusan Masalah
Melihat latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah pembelajaran Membaca Dongeng Cerita rakyat dengan teknik Kontekstual dapat meningkatkan Keterampilan Membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN?
2.      Apakah pembelajaran Membaca Dongeng Cerita rakyat dengan menggunakan teknik Kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan Prestasi belajar membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN ?

1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah di atas, Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui.
  1. Mengetahui apakah Pembelajaran membaca dongeng cerita rakyat dengan teknik Kontekstual dapat meningkatkan keterampilan membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN
  2. Mengetahui apakah Pembelajaran Membaca Dongeng Cerita rakyat dengan teknik kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar membaca dongeng cerita rakyat siswa kelas IV di SDN
1.4  Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama. Bagi Siswa hasil penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam membaca dongeng cerita rakyat
  1. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam membaca dongeng cerita rakyat
  2. Bagi Penulis, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengalaman praktis dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik Kontekstual.

1.5  Anggapan dasar dan Hipotesis
1.5.1 Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah karena berbagai hal tentang kegiatan pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:
  1. Proses belajar
·        Belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka
·        Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari Pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
·        Para ahli sepakat bawa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
·        Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
·        Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
·        Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
·        Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
  1. Transfer Belajar
·        Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
·        Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
·        Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
  1. Siswa sebagai pembelajar
·        Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
·        Strategi belajar itu penting .Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal- hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
·        Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
·        Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
  1. Pentingnya lingkungan Belajar
·        Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
·        Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
·        Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
·        Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
1.5.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori yang penulis kemukakan maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Hasil belajar Membaca Dongeng Cerita rakyat kelas IV SDN akan dapat meningkatkan Keterampilan Membaca dongeng cerita rakyat dengan menggunakan teknik kontekstual
2. Keterampilan membaca Dongeng cerita rakyat dengan menggunakan teknik Kontekstual di kelas IV SDN dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar membaca.

1.6  Definisi Operasional
Beberapa istilah yang perlu didefinisikan agar penelitian terarah dan terfokus, untuk itulah, istilah-istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1.      Teknik adalah penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau mengajukan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.
2.      Membaca adalah kemampuan yang bersifat keterampilan, suatu keterampilan yang berupa rangkaian aktifitas fisik dan mental yang dilakukan secara seimbang.
Proses pembelajaran membaca dongeng cerita rakyat menggunakan sebuah teknik .Teknik tersebut adalah teknik Kontekstual. Pengajaran membaca dongeng cerita rakyat adalah belajar yang membantu guru yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

1.6 Metode dan Teknik Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode Eksperimen. Metode Eksperimen merupakan apa yang terjadi apabila dilakukan perubahan pada setiap grup sampel. Metode ini digunakan untuk mengeksperimenkan model pengajaran membaca dongeng dengan teknik Kontekstual leaning.
1.6.2 Teknik Penelitian
Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran (KBM) kebahasaan terutama bahasa Indonesia, untuk dapat mengetahui perkembangan anak didik tentang hasil pembelajaran siswa perlu adanya tes uji, agar penelitian ini berjalan sesuai tujuan dan harapan penulis, maka langkah-langkah tersebut memerlukan teknik yang penulis gunakan untuk penelitian tersebut, penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
  1. Deskripsi
Teknik yang digunakan penulis adalah teknik kuantitatif dengan mengadakan kegiatan langsung di lapangan. Sebagai alat penelitiannya berupa tes tertulis yang diberikan oleh guru melalui pembelajaran Kontekstual learning dengan bahasa sendiri.
Sebelum evaluasi dimulai siswa diingatkan kembali oleh guru, tentang bagaimana mengerjakan tugas test dengan baik dan benar.

  1. Tes Tugas
Tes tugas adalah teknik yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan proses belajar mengajar tahap akhir terhadap kelas IV (Empat).Sebagai sampel penelitian semua kelas IV SDN yang jumlahnya 32 siswa.

1.7 Populasi dan Sample
1.7.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN .
Berdasarkan definisi di atas dalam penelitian ini penulis mendapatkan populasi sebagai berikut:
  1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SDN pada tahun ajaran 2011 /2012
  1. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah siswa kelas IV SDN yang berjumlah 32 siswa
1.7.1 Sampel
Sampel adalah kajian atau wakil populasi yang diteliti, yang dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang diambil dalam populasi yang diambil secara acak sebanyak 32 siswa dengan komposisi perempuan 21 siswa dan laki- laki 11 siswa.

1.8 Instrumen Penelitian
Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran kebahasaan tentang membaca dongeng cerita rakyat, penulis menggunakan alat (Instrumen) sebagai alat bantu penelitian penulis menggunakan tes tugas individu tertulis baik berupa pre test dan post test. Pada pokok bahasan dan penulis menjelaskan kajian teori tentang membaca dongeng cerita rakyat dengan menggunakan teknik kontekstual learning.


DAFTAR PUSTAKA



Anggoro Toha, Metode Penelitian, UT
Akhmad Sudrajat, Pembelajaran Kontekstual. Wordpreess. Com
Guntur Tarigan Henry, (1990) Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Irbaryans. Hakikat Pembelajaran Kontekstual, wordpress. Com Id .Answer, yahoo. Com / question / index ? qid
Oka I Gusti Ngurah, (1983) Pengantar Membaca dan Pengajarannya, Surabaya
Qurtubi Ahmad, (2009) Pengantar Teori Evaluasi Pendidikan
Soedarso, (1989) Sistem Membaca cepat dan efektif Jakarta : Gramedia
Suprijono Agus, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM
Slideshare. Pembelajaran Kontekstual www. Net
Wiryadijoyo Suwaryono, (1989) Membaca : Strategi pengantar dan tekniknya,. Jakarta P & K
Wahid. Pembelajaran Kontekstual. www. Com Yustisia Tim Pustaka, Panduan lengkap KTSP

Bagi yang ingin mendapat download skripsi lengkap dengan isinya dari mulai Bab I sampai Bab V dan disertai dengan lampiran, proposal, abstrak, daftar isi dan daftar pustaka 
silahkan sms ke:  022 95910535 atau kirim email 
ke: ayurostikathea@yahoo.co.id

0 komentar:

Post a Comment